Sejuta Makna dan Sejuta Rasa (sebuah refleksi tahun 2009) By. Ridho Hudayana Rasanya tak cukup tinta dan tak cukup kertas untuk men...
Sejuta Makna dan Sejuta Rasa
(sebuah refleksi tahun 2009)
By. Ridho Hudayana
Rasanya tak cukup tinta dan tak cukup kertas untuk menuliskan perjalan hidup ku yang di tahun sebelumnya sudah kupersiapkan resolusinya bahkan sudah kusiapkan sekitar tahun 2002, ketika ku membuat blueprint hidup ku diwaktu aliyah dulu sewaktu semangat ku untuk bermimpi muncul dan kehidupan yang ku istilahkan “life like water flow” sudah kuakhiri semenjak masa-masa SD dan SMP.
Di tahun 2009 ini dalam resolusi ku di tahun 2008, harusnya ku sudah harus menyabet gelar S. Psi, ya mungkin bagi ku gelar ini lucu sekali, tapi bagi orang tuaku adalah sebuah kebanggaan baginya yang berarti mereka sudah berhasil menyekolahkan ku dan tanggung jawabnya sudah selesai. Dan target ku diakhir tahun ini aku sudah pulang dan mulai membangun karir di tanah kelahiranku, sembari membangun kota kelahiranku yang cukup tertinggal dari segi budaya pendidikannya maupun kualitas SDM masyarakatnya, dimana aku menimba ilmu saat ini. Dari awal niatan kuliah ku dijawa adalah, ku ingin buat kota kelahiranku khususnya menjadi lebih baik dengan budaya pendidikannya, lebih khususnya lagi budaya pengembangan SDM nya.
Namun cukup berbeda yang kurasakan saat di penghujung tahun 2009 ini, resolusi dan blue print hidup ku mulai berubah atau mengalami perubahan. Yang semula resolusi ku di tahun 2009 ini ku telah menyabet gelar S.Psi yang telah dinanti ortu ku walaupun sebenarnya ku tidak terlalu mempermasalahkan gelar yang kurasa lucu itu. Dan resolusiku yang otomatis mengalami perubahan juga adalah untuk segera kembali pulang ke kota kelahiranku yang bermakna dengan kepulanganku dapat membangun kota kelahiran yang kucintai itu. Selain itu juga banyak yang telah menanti ku pulang ke kota kelahiranku itu, terutama kedua orang tuaku dan teman-teman seperjuangan dulu dengan janji setia kita dulu untuk membangun kota kelahiranku itu menjadi kota yang baik dari budaya pendidikan dan pengembangan sumber daya manusianya. Selain itu juga masih banyak lahan-lahan kebaikan sekaligus lahan-lahan pekerjaan yang harus di babat.
Ketika kenyataan di tahun 2009 ini akan berakhir dan resolusi yang benar-benar menjadi obsesi ku itu tidak tercapai dalam tahun ini. Awalnya begitu sulit ku terima yang mungkin kata orang sudah takdir yaqng sebelumnya kuikhtiarkan dengan penuh pengorbanan materi dan bersimbahkan keringat dan darah perasaan ku dalam menyelesaikan skripsiku yang begitu penuh lika-liku (baca di artikel ketika ckripsi bertasbih jilid 1 di www.ridhopsi.blogspot.com). Karena tak kunjung selesai walaupun dengan sudah menggadaikan harga diri ku dan melupakan rasa putus asa yang pasti nya dialami semua teman angkatan ku yang juga memproses skripsinya, khususnya yang memproses skripsinya bersama dosen pembimbing skripsi kesayangan ku itu. Ada yang dari 2 tahu yang lalu gak kelar-kelar skripsinya yang satu bimbingan dengan ku bahkan ada yang menyetop proses skripsinya sama sekali. Namun kutak menghiraukan itu semua. Ku tetap focus dengan resolusiku itu, target ku bulan mei sudah bisa wisuda. Namun skripsi ku juga belum tuntas bimbingannya. Ku banting stir untuk ikut wisuda di bulan November kemarin. Dan kali ini sebenarnya skripsi ku sudah dinyatakan selesai oleh pembimbingku, walaupun dalam hati ku, skripsi apa yang sedang ku buat ini, benar-benar jauh dari harapan ku. Ternyata hati ku tidak berbohong, ketika sidang skripsi, ku dihabisi oleh dosen penguji yang pada saat itu adalah ketua sidang dan dia memang master dalam metode penelitian yang kugunakan dalam penelitian ku itu. Walaupun sebenarnya ku setuju 100% dengan dosen penguji itu, tapi ya namanya sidang skripsi, ku harus tetap mempertahankan hasil skripsi ku itu. Tapi akhirnya dosen itu pula yang satu-satunya tidak memberiku nilai dari sidang skripsi itu. Dan akhirnya ku harus menyerah karena rupanya sk yudisium telah ditetapkan setelah ku berjibaku sampai lobi tingkat menjenuhkan ku lalui akhirnya ku teringat dengan perkataan ibu dosen ku yang cukup menenangkan ku sejenak dari usaha ku yang hampir kurasakan sia-sia itu, perkataannya adalah “sesungguhnya Allah itu melihat proses bukan melihat hasil” sederhana perkataan ini bahkan perkataan in jauh sebelumnya telah ku dengar dan kua jarkan diriku dan orang lain juga. Tapi kata-kata itu lah yang membawaku untuk mengulang dari awal penelitian ku samapai di penghujung tahun 2009 ini.
Bagi ku tahun ini begitu penuh dengan sejuta makna yang besar dibalik perjuangan panjang dalam hidup ku. Dan bagi ku tahun ini penuh dengan sejuta rasa putus asa yang rasa putus asa pun sudah putus asa menggodaku. Mungkin akan ku ketahui semua makna dari rasa-rasa itu kelak dimana ku kan menuai sejuta manfaat dan manisnya optimisme karena ku masih punya Allah di tahun ini hingga di penghujung tahun ini. Sunghguh ini yang membuat hidup ku di tahun 2009 ini penuh dengan sejuta makna dan rasa.