oleh Ridho Hudayana pada 14 Oktober 2011 jam 11:23 By. Ridho Hudayana Kampus” terkenal” pun tidak ada! Beberapa wa...
oleh Ridho Hudayana pada 14 Oktober 2011 jam 11:23
Kampus” terkenal” pun tidak ada!
Beberapa waktu yang lalu, saya tertarik kembali berdiskusi mengenai bagaimana caranya menjadi direktur, apa ada sekolahnya ya?
Saya pun stuck ketika mengingat-ingat kampus-kampus yang terkenal di Indonesia maupun dunia yang memiliki jurusan Direktur.
Dari UI, UGM, ITB, IPB, sampai Harvard, Cambridge, atau Illionis pun setahu sya tidak menyediakan jurusan atau fakultas Direktur di kampus mereka masing-masing.
Sehingga saya bertanya lagi dalam hati saya, apa ada ya kampus atau sekolah yang menyediakan jurusan Direktur? Dan kalau ada psti rame yang ikut di fakultas itu.
Dan pastinya ketika itu terjadi, direktur yang saat ini ada, mungkin akan berdebar-debar, khawatir dan stress berat, dikarenakan ia akan segera digantikan dengan orang yang lebih baik, karena banyak alumni mahasiswa fakultas direktur itu akan segera menggantikan direktur yang ada saat ini.
Hmm.. jadi saya tak terbayangkan, semua orang menjadi direktur tanpa ada yang dipimpin, alias kerja sendiri, karena fakultas direktur semuanya berorientasi menjadi “boss” walaupun bos kecil.
Selanjutnya yang saya bayangkan adalah, betapa mahalnya sekolah direktur itu, mungkin akan jauh lebih mahal dari fakultas kedokteran.
Dan menyadarkan saya kalau perkuliahan yang ada adalah mendidik manusia lebih kepada menjadi pekerja ataupun akademisi yang belum siap “take action” dengan sesuai dengan jurusan yang diambilnya di kampus.sehingga kata-kata pengangguran tak terhindari.
Tapi ya wallahu a’lam apakah akan ada sekolah direktur itu, ya mungkin disuatu saat nanti. Namun saya yakin bahwa, suatu saat nanti ada sekolah yang mempersiapkan lulusannya menjadi direktur.
Tanya Ke Direktur SBS
Sebelum malam ini, saya sudah pernah bertanya kepada sang direktur yang biasa akrab saya panggil bang Yun. Tentang apa ada kampus di Indonesia dan di dunia ini yang menyediakan jurusan Direktur, dan keluarannya langsung menjadi direktur.
Setelah beberapa waktu menganalisa pertanyaan saya, bang Yun menjawab, tidak ada kampus yang menyediakan jurusan direktur, katanya bang Yun, direktur itu pencapaian yang tidak bisa diajarkan dengan materikulasi di kampus formal. Seperti tidak ada kuliah jurusan presiden jika seseorang ingin menjadi presiden. Kalau ada jurusan presiden bagaimana ya? Hmm…
Saya memahami dan yakin juga kalau tidak ada kuliah jurusan direktur. Namun saya berkata ke bang yun dengan serius walaupun dengan nada canda, kalau saya ingin kuliah di Jurusan Direktur. Seolah-olah saya tidak menanggapi apa yang dijelaskan oleh bang Yun kalau jurusan direktur itu tidak ada.
Sekolahnya Direktur rupanya ada!
Rupanya rasa ingintahu saya tidak berhenti dengan jawaban bang Yun itu, saya malam itu membaca majalah SWA edisi Oktober yang dibawa teman saya iqbal dari malang ke Pamekasan. Dan malam itu saya baca sedikit. Dan saya menemukan artikel leader dalam meng-coaching karyawannya.
Saya kembali terpikirkan lagi mengenai pertanyaan saya yang masih belum terjawab itu. Dan malam itu saya menemukan dari hasil berfikir dan menganalisa beberapa Direktur yang nggak kuliah di jurusan ”Kedirekturan” layaknya kalau mau jadi dokter harus masuk fakultas kedokteran. Namun mereka berhasil menjadi direktur yang sukses.
Secara sekilas saya menyimpulakan, bahwa direktur itu sekolahnya di Organisai sosial dan keagamaan ya baik yang ada di kalangan mahasiswa, maupun masyarakat sekitar kita.
Di rganisasilah skill “kedirekturan” dilatih secara intensif dan terbiasa dengan tanggung jawab, merencanakan sekaligusn mengarahkan teman-teman dibawahnya untuk lebih keras dalam mensukseskan agenda-agenda di organisasinya.
Kesimpulan sekilas ini saya temukan dari menganalisa 2 orang direktur yang bisa dikatakan sukses dalam lembaga atau perusahaan yang ia pimpin. Merkeka adalah;
Pertama saya menganalisa bang Yun, direktur Sang Bintang School (SBS) yang saat ini memimpin 12 cabang SBS diseluruh indonesia. yang tidak pernah kuliah dijurusan “Kedirekturan”. Namun saya menganalisanya dengan pengalaman bang Yun yang sejak kuliah telah memiliki pengalaman organisasi sebagai leader di organisasinya.
Selanjutnya saya menganalisa Hermawan Kartajaya yang menjadi direktur MARK Plus, yang sebelumnya diwaktu mudanya dia sangat antusias bereksperimen memimpin di berbagai organisasi sosial. Dan banyak forum-forum diskusi yang tidak ia lewatkan.
Sebuah Mimpi
Dari visualisasi saya mengenai sekolah direktur, semuanya tidak lepas dari memperkuat format sekolah dan universitas yang akan saya dirikan sebelum saya berusia 30 tahun.
Pada dasarnya sekolah yang akan saya dirikan atau genius school yang dirancang khusus untuk melahirkan para manajer baru. Memiliki skill kepemimpinan dan business, minimal merekalah yang akan menjadi manajer diantara 1000 cabang yang akan kita rencanakan sampai pada tahun 2018.
Dan Universitas yang akan saya dirikan bersama dengan tim SBS lainnya adalah kampus jenius yang akan mencetak para direktur-direktur yang minimal akan menjadi direktur yang siap memimpin di beberapa Regional di Indonesia.
Kata bang Yun, kita akan membuat mini Harvard di Indonesia, dengan metode kampoenk jenius yang sudah kita adakan di berbagai daerah. Selanjutnya menjadi mata air peradaban yang akan menunjukkan pada dunia akan peradaban dari Zamrud Khatulistiwa sudah saatnya!
http://ridhopsi.blogspot.com