Pelajaran Gelas Kotor Oleh Ridho Hudayana (Mahasiswa Psikologi ’05 UIN MALIKI Malang) Suatu ketika, disuatu pagi yang cerah (hmhm dongeng mo...
Pelajaran Gelas Kotor
Oleh Ridho Hudayana (Mahasiswa Psikologi ’05 UIN MALIKI Malang)
Suatu ketika, disuatu pagi yang cerah (hmhm dongeng mode on), setelah melaksanakan ritual pagi; sholat subuh+ma’tsurat+tilawah Qur’an penuh penghambaan kepada Allah swt. Seperti biasa saya selalu menyeduh GD Chococino sebagai teman untuk menemani saya membaca siroh ibnu Hisyam jilid 1 yang belum kunjung saya selesaikan sembari menghirup sebanyak-banyaknya udara pagi yang begitu menyegarkan. Hmmm nikmat betuul pagi-pagi bisa minum GD Chococino sambil menghirup udara pagi yang masuk dari jendela kamar yang sejak tadi di buka lebar-lebar.
Namun seblum menikmati segelas GD Chococino itu, saya masih harus mencuci gelas yang biasa saya pakai untuk minum GD Chococino. Karena gelas itu masih terlihat kotor dengan ampas tea hitam dan bercak kuning tea yang masih melekat di gelas, bekas tadi malam teman saya minum tea hitam asli yang belum sempat dicucinya dan ia letakkan di tempat cucian piring. Secara refleks dan hampir tidak sengaja saya biarkan keran menyala dan mengalirkan air PDAM yang cukup deras ke dalam gelas yang kotor tadi hingga memenuhi dan melimpah hingga airnya tumpah dari gelas. Saya biarkan beberapa detik kemudian ampas dan bercak tea hitam yang sebelumnya menempel kini semuanya keluar bersama air yang tumpah dari gelas. Tidak sampai setengah menit gelas kotor tadi menjadi bersih seperti semula. Namun untuk lebih memastikan kuman-kumannya keluar dari gelas kotor tadi saya gosok dengan spon cuci piring yang sudah menyerap air sabun, setelahnya saya bersihkan kembali dengan bilasan air PDAM.
Sebenarnya peristiwa mengeluarkan kotoran tadi itu sebenarnya biasa dan sunnatullah (hukum alam) dan memang pernah kita semua pelajari waktu SMP atau pernah kita lihat ditelevisi ataupun ditempat lainnya. Termasuk cara membersihkan gelas dengan spon itu memang cara biasa kita lakukan ketika kita mencuci gelas atau perabot dapur lainnya.
Tapi yang berbeda disini seketika ketika saya melihat kejadian air yang mengeluarkan kotoran yang ada didalam gelas. Saya memandang ini adalah sebagai paradigma untuk membersihkan jiwa manusia yang dapat dianalogikan sebagai gelas kotor dari kejadian tadi. Dan air PDAM tadi itu sebagai analogi dari amal ibadah perbuatan dan amal ibadah hati yang dengan deras memasuki dan merasuki jiwa yang dianalogikan dengan gelas kotor tadi hingga jiwa itu menjadi bersih dari kotoran-kotoran jiwa yang mengendap dan membusuk yang jika dibiarkan menjadi penyakit jiwa yang pada akhirnya membunuh jiwa. Dan bersih bersih dari gangguan jiwa semisal stress, putus asa, iri, dengki dan lain sebagainya yang dapat mengganggu jiwa, dianalogikan seperti ampas atau bercak tea yang melekat di gelas.
Juga dalam peristiwa ini setelah saya melakukan pembersihan melalui memasukkan air secara penuh hingga tumpah dengan semua kotoran tadi, adalah kemudian saya lakukan adalah memastikan gelas tadi terbebas dari kuman dengan membersihkannya dengan spon cuci yang telah menyerap sabun. Swaya ibaratkan ketika kita telah mengeluarkan semua kotoran-kotoran dan bercak-bercaknya atau gejala-gejalanya yang kelak akan menjadi penyakit jiwa tadi, ke,udian kita bersihkan jiwa itu betul-betul dengan selalu membersihkannya secara total dengan suplemen amal ibadah perbuatan dan amal ibadah hati, yaitu dengan senantiasa mendalami ilmu-ilmu yang terkait dengan kedua amal itu.
Setelah saya mencuci piring kini saatnya saya masukkan GD Chococino dan saya sedu dengan air yang sebelumnya telah saya rebus dan perlahan saya Kodak dengan sendok makan. Begitu pula setelah kita telah membersihkan jiwa kita dari kotoran penyebab penyakit jiwa itu jangan lupa untuk terus menerus kita isi gelas itu dengan focus amal ibadah dan amal hati kita yang paling utama dan terbaik. Hingga akhirnya kita mampu menikmati kehidupan yang sekali ini tanpa kotoran-kotoran jiwa yang mematikan jiwa dan jasad kita. Tapi kita nikmati kehidupan ini dengan jiwa yang tidak pernah mati dengan bahagia sekalipun dengan berbagai ujian hidup yang menghipit, meskipun kehidupankita ini berakhir tapi jiwa kita tetaplah hidup dan bahagia setelah kehidupan ini dengan nikmat disisi Allah swt.