CERITA KAMIS SORE Suatu kamis sore, di sebuah masjid di salah satu instansi pemerintahan non agama di malang. Digelarlah sebuah kajian ke-Is...
CERITA KAMIS SORE
Suatu kamis sore, di sebuah masjid di salah satu instansi pemerintahan non agama di malang. Digelarlah sebuah kajian ke-Islaman secara rutin dilaksanakan setiap semunggu sekali. Dan pada kamis sore pecan itu kajian ke-Isalaman kantor itu membahas tentang tafsir Al-Qur’an yang tema kajian ini dikaji setiap satu bulan sekali. Dan yang hadir sebagai peserta pada kajian itu adalah PNS (Pegawai Negeri Sipil) di instansi itu dan dari semua level jabatan. Dan ustad yang memberikan materi adalah dosen dari salah satu perguruan tinggi islam negri.
Walaupun tidak terlalu cukup antusias peserta yang notabene nya adalah PNS berjumlah sekitar 33-40 orang mengikuti kajian itu (karena tidak diketahui pasti jumlah peserta kajian yang wanita, dikarenakan tempatnya yang berbeda). Walaupun ketika pengajian itu berlangsung ada beberapa orang peserta kajian itu yang mengantuk dan tidur karena mungkin lelah seharian bekerja (atau gaya penyampaian ustadnya yang datar dan nyaris tidak berekspresi?), serta ada juga dengan tenang mendengarkan materi ceramah dan sesekali melihat ke ustad yang tengah menyampaikan materi tafsir Al-Qur’an.
Ustad yang menyampaikan materi pun menyampaikan materinya walaupun dengan nada bicara yang datar nyaris tanpa ekspresi dari wajahnya, tapi langsung pada poin-poin penting dan penjabarannya secara gamlang dan padat makna.
Secara ringkas ustad menyampaikan tafsir dua ayat dari Al-Qur’an surat Al-Baqaroh ayat 108-109 yang artinya sebagai berikut :
Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? dan Barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, Maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus. sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya[82]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
[82] Maksudnya: keizinan memerangi dan mengusir orang Yahudi.
Walaupun secara ringkas ustad menyampaikan hanya dua ayat ini, tapi ketika mendengarkan tafsir dari ayat ini sungguh mendalam. Dan ketika dihubungkan dengan realita hari ini sungguh sangat mengena.
Secara ringkas tafsir yang disampaikan ustad itu terkait dengan dua ayat ini, bahwasanya dua ayat ini turun untuk mengingatkan pada orang mukmin madinah pada waktu itu untuk tidak meminta pada rasululllah SAW. Sebagaimana permintaan bani israil kepada nabi musa yaitu permintaan untuk dapat melihat Allah dan malaikat-Nya, baru kemudian mereka beriman. Padahal mukjizat yang Allah SWT anugerahkan kepada musa telah jelas terlihat oleh mata kepala mereka sendiri. Tapi kemudian mereka setelah diselamatkan oleh mukjizat berupa terbelahnya lautan untuk mereka selamat dari pengejaran firaun pada waktu itu, tapi apa yang mereka lakukan setelah melihat serta menikmati mukjizat itu dari Allah? Mereka pun kembali tergoda untuk memp[ersekutukan Allah dengan patung anak sapi terbuat dari emas buatan Samiri.
Melalui ayat 108 dari surah albaqaroh ini Allah SWT memberikan sinyalemen pada kita untuk berpegang lurus pada ajaran agama Islam sebagai jalan hidup (the way of life) yang lurus diantara banyak persimpangan jalan yang gelap dan menyesatkan. Sehingga rasulullah dengan metode pengajarannya, Beliau menggaris di tanah sebuah garis lurus dan ditengah-tengah garis lurus itu ditarik beberapa cabang garis. Dan Rasulullah menjelaskannya, dan berkata, bahwasanya garis lurus ini adalah garis keselamatan dan menuju Allah AWT. Sedangkan garis cabang-abang adalah jalan kesesatan yang dipangkal garis itu ada syetan-syetan yang akan menarik orang-orang yang berada di pinggir garis itu atau jalan kebenaran. Dan dikeluarkan dari jalan yang lurus serta disesatkan ke cabang dari jalan itu bersama syetan. Artinya bahwasanya kita harus berada si tengah-tengah umat islam yang memegang teguh ke-Islaman di jalan yang lurus. Jangankan untuk berbelok ke jalan-jalan yang gelap dan menjauhkan kita dari jalan keselamatan, sekedar mendekatinya saja kita tidak diperkenankan. Karenanya pencegahan perilaku zina bukan dengan kata-kata jangan berzina, tapi jangan dekati zina. Dengan kata lain jangan coba-coba maksiat atau maksiat kok dicoba-coba. Sehingga kita tidak diperkenankan untuk berada dipinggir dari jalan ini atau menjadi orang pinggiran dalam Islam, tapi menjadi orang yang berada ditengah-tengah jalan keselamatan ini (shirotal mustaqim). Karena ketika kita berada dipinggir dan menjadi orang pinggiran dalam ber-Islam maka kita pasti akan tergoda untuk mendekati, mencoba, bahkan na’uzubillahiminzalik berbelok pada jalan-jalan gelap yang disediakan oleh syetan dengan hiasan-hiasan neraka tapi tampak syurga.