#SBS Knowledge Management A Genius School Project By Ridho Hudayana Sambungan dari Be Great Person, Be Great Civilizatio...
#SBS Knowledge Management
A Genius School Project
By Ridho Hudayana
Sambungan dari Be Great Person, Be Great Civilization 1#
Berikut 5 faktor yang menurut saya ini yang harus diperhatikan untuk menjadi peradaban besar;
1. 1. Pengajar bukan Praktisi
Saya kembali mengingat kata-kata seorang tokoh Islam dari ketika saya SMA dulu yang cukup monumental, dengan perkataan “Nahnu Du’at Qobla Kulli Syai’in” sederhana namun cukuplah mendalam.
maksud dari perkataan itu adalah, kami adalah Da’I sebelum kami menjadi yang lainnya. Dengan kata lain hendaklah memiliki kepribadian dan profesi dalam dunia praktisi professional, sebelum mengajarkannya.
Secara simpelnya hendaklaah seorang pengajar itu mempraktekkan ilmunya dengan menjadi praktisi secara langsung ataupun tidak dan kemudian mengajarkannya. Sehingga ilmu yang diajarkan menjadi bekal hidup yang benar-benar hidup dan daat dipraktekkan.
Kenyataan hari ini seperti yang dipaparkan oleh Eka J. Budiman (Markplus Institute of Marketing) dalam majalah Campus Indonesia, “Menurut saya saat ini sarjana ekonomi kita belum kompetitif dan belum sesuai dengan apa yang dibutuhkan industri. Banyak hal yang diajarkan masih teoritis, dan tidak praktikal. Masih kurangnya dosen-dosen praktisi dari dunia industri, lebih banyak dosen yang langsung mengajar selama kuliah.”
Dan ada beberapa fenomena yang saya temukan adalah banyak orang yang berbicara atau menyampaikan kuliah bisnis bahkan kuliah agama namun mereka bukanlah pembisnis dan seorang Ustadz. Kalau adapun mereka akan memulai berbisnis dengan setengah-setengah atau mengorbankan jadwal mengajarnya. Dan jika ia menjadi ustad atau penceramahpun ia akan pilih-pilih dan akan menolak jika bentrok dengan jadwal mengajarnya.
Saya berkesimpulan selama kompetensi pengajar hanya s1, s2, dan s3 yang di tonjolkan dalam dunia pendidikan, saya pesimis manusia indonesia "useful" dalam persaingan global. namun saya optimis dengan pengajar adalah CEO, Direktur, Manajer, Coach, Trainer, dll yang mereka telah "Sukses" dalam bidangnya dan mengajarkan kesuksesan kepada orang lain.
Dan telah menjadi tekad kami di SBS, siap menjadi praktisi yang akan menjadi pemateri dalam perkulihan, keIslaman, kebahasaan, pendidikan, bisnis, manajemen, keuangan, kepribadian, administrasi dan lainnya. Karena kami sudah dan sedang mempraktekkan semuanya dan kami mau berbagi tentang semuanya.
2. 2. Egois Lembaga
Pelajaran dari lembaga yang sukses disuatu tempat di Malang, yang lembaga pendidikan ini tidak memiliki cabang dimana-mana. Dan cenderung seakan-akan menurut saya lembaga ini tidak mau berbagi yang terlihat dari cabang yang tidak ada dimana-mana dan tidak saling bekerjasama secara jelas dengan antar lembaga yang sama visi dan misinya.
Dan mereka yang lembaga itu memiliki misi dan visi yang sama belum juga tampak persaingan yang signifikan, melainkan mereka asyik dengan lembaga mereka sendiri sebagaimana yang terlihat dalam paparan saya tadi.
Belumlah jika kita menilainya dari sisi sharing metode pembelajaran secara Cuma-Cuma atau berbayar ke lembaga-lembaga pendidikan yang lainnya. Dengan tujuan supaya pendidikan di Indonesia maju bersama membangun peradaban.
Sedikit belajar dari kesuksesan The Coca Cola Company sebagai perusahaan yang telah mengarungi dunia bisnis minuman selama 125 tahun ini, selalu berinovasi dari masa kemasa sesuai dengan permintaan pasar dan perkembangan teknologi.
Menariknya dalam setiap inovasi yang dibuat oleh Coca-cola tidak memaniulasi teknologi itu sendirian, walaupun ini adalah penemuannya. Perusahaan membagikan temuan dengan perusahaan lain karena sesuai dengan prinsip yang dianutnya, temuan apapun yang membuat dunia menjadi tempat yang leih baik harus dibagikan.
Di SBS yang kami telah bergelut dalam dunia pendidikan dan bisnis ini juga telah menerapkan seperti yang coca cola yang berusia 125 tahun dalam dunia bisnis itu lakukan, yaitu membagi penemuannya kepada siapapun yan membutuhkan.
Sama halnya dengan SBS yang memiliki metode belajar Kampoenk Jenius, dengan ciri belajar efektif dan menyenangkan tersebut. SBS membagikan metode Kampoenk Jenius sebagai metode pembelajaran mudah dan menyenangkan itu ke sekolah-sekolah dan ke kampus-kampus sebagaimana yang telah kita lakukan di kota-kota di Indonesia.
3. 3. Mendidik untuk (tidak) Mandiri
Sedikit lembaga pendidikan yang mengajarkan kemandirian, baik dalam kemandirian berfikir dan kemandirian berusaha dalam memenuhi kehidupan sehari-harinya.
Karenanya tidak banyak siswa yang saya temui mengetahui cita-citanya, dan mengapa mereka belajar disekolah? Dengan jawaban yang jelas dan lugas. Belumlah bisa kita nilai apakah cita-citanya itu menunjukkan sebagai cita-cita yang besar sebagaimana sesuai dengan potensi yang ia miliki.
Terlebih kita akan bisa membuktikan sendiri disekitar kita, tak jarang kita menemukan mereka sulit dalam hal decision making. Dalam mencari pekerjaan dan ragu menentukan nasibnya sendiri, mau kemana ia, yang terjadi jawaban dari lisan beberapa dari mereka yang telah pasrah sebelum berusaha adalah, “biarlah hidup ini mengalir seperti air”.
Pada intinya hari ini tidak sedikit siswa maupun mahasiswa yang saya tanyakan tentang alasan mereka mengapa mereka mau memilih menempuh studi nya di sekolah atau dikampus atau di jurusannya tersebut. Jika kita sekilas menelitinya, maka tak jarang mereka menjawab, “saya tidak tahu mengapa, saya tidak sengaja memilih jurusan ini, ya daripada nganggur dirumah, karena orang tua menyuruh memilih jurusan ini, dan lain sebagainya”.
to be continue....
Be Great Person, Be Great Civilization 3# (Habis)
Artikel sebelumnya Be Great Person, Be Great Civilization 1#