By. Ridho Hudayana Dimana Ada Kemauan Disitu Ada Jalan (Indonesian Proverb) Biasa Pegang Pacul , Disuruh Pegang Pulpen Dalam beberap...
By. Ridho Hudayana
Dimana Ada Kemauan Disitu Ada Jalan (Indonesian Proverb)
Biasa Pegang Pacul, Disuruh Pegang Pulpen
Dalam beberapa tulisan saya dan pidato saya didepan orang desa yang pendidikannya rata-rata paling tinggi adalah SMA, saya katakan ke mereka, ketika mereka merasa tidak percaya diri dengan tingkat pendidikannya itu untuk menjalankan program pemberdayaaan yang mereka pahami perlu daya nalar dan daya ingat yang kuat, ya memang yang mereka rasakan itu benar. Saya katakan kalau saya memilih mereka bukan karena mereka pintar dan bergabung bersama program pemberdayaan ini harus pintar, tapi saya memilih mereka karena mereka mau.
Walaupun diawal mereka semua menyerah karena memang banyak hal yang mereka harus pelajari, sementara mereka sudah tidak muda lagi ada yang sudah punya cucu, sudah tua kepala empat, dan lain sebagainya itu dari sisi usia. Belum lagi mereka mengeluh dengan mengatakan “biasa pegang pacul, disuruh pegang pulpen”, ya tapi dengan berbagai jurus jitu saya patahkan semua keluhan-keluhan dan border-border ketidak bisaaan mereka itu.
Saya pahami mereka bukan mahasiswa yang biasa sya berikan pelatihan atau seminar, jadi cara menyampaikan ilmu maupun skill, tentunya sangat berbeda, bahkan saya perlu buka kamus untuk membuat bahasa yang saya ucapkan itu mudah, kadang saya sedikit berbicara melayu, karena sebagian mereka orang melayu, terkadang saya berbicara jawa, karena juga sebagian mereka orang jawa, dan terkadang saya gunakan bahasa inggris supaya mencairkan suasana.
Ini Masalah Kemauan BUNG!
Mau tua, kurang berpendidikan, miskin, dan lain sebagainya, sama sekali bukan masalah besar bagi saya supaya mereka bisa bekerja dalam program pemberdayaan karena didalam pidato awal saya didepan mereka, saya memilih mereka adalah karena mereka mau menjadi bagian dari program pemberdayaan ini, itu sudah sangat cukup bagi saya yang juga punya kemauan untuk membuat mereka bisa mengerti, memahami dan bisa melakukan semua hal yang ada di petunjuk teknis operasional program.
Saya telah membuktikan langsung, bagaimana mereka bisa berjalan dengan baik dan berproses dengan baik layaknya para sarjana yang pada akhirnya menghasilkan skripsi, mereka juga pada akhirnya bisa melakukan itu, karena tidak main-main mereka pada program ini harus bisa mencairkan dana bantuan langsung masyaerakat (BLM) sebesar 1,8 milyar setiap tahunnya dan sekaligus mempertanggung jawabannya.
Perlu diketahui sebelumnya, saya telah membina mereka kurang lebih tiga tahun berjalan ini di program pemberdayaan yang terkenal dengan ribetnya administrasi dan didalamnya juga ditemukan mekanisme professional dan belum tentu juga sarjana sekalipun bisa langsung memahaminya. Dan samapi hari ini itulah yang mereka pahami dan kerjakan yang penilaian saya sudah cukup baik.
Impossible Is Nothing!
Dari cerita saya diatas tentang sekilas best practice saya bersama orang desa itu, jika mereka bisa dengan modalkemauan , Begitu juga para pembaca budiman sekalian, semua yang anda inginkan dengan semua kekurangan anda, itu bukan menjadi masalah yang besar, selama ada kemauan, semuanya mungkin, impossible is nothing lah kan.. ya selama anda masih bernafas dan bisa berfikir, ditambah lagi anda pasti memiliki potensi, semua hal yang anda inginkan akan terwujud cepat atau lambat.
Saya penulis yang tidak suka memotivasi pembacanya, tapi saya ingin tunjukkan kepada para pembaca suatu kenyataan yang terjadi dan saya alami, bahwa dengan sega keterbatasan dan keluhan manusia yang kerap kurang bersyukur, mereka bisa karena mereka memiliki kemauan, semua yang tidak mungkin menjadi mungkin karena kata sederhana yang bernama kemauan.
Nanti kita akan bahas lagi tentang kemauan ini, semoga tulisan pagi yang cerah ini bermanfaat, jika pembaca bersedia melengkapinya, betapa saya sebagai penulis yang sedang belajar ini sangan berterima kasih sekali. Wallahu’alam bisshowab.