oleh Ridho Hudayana pada 6 November 2011 jam 13:57 By Ridho Hudayana Dipagi hari ini saya diingatkan kembali asal muas...
oleh Ridho Hudayana pada 6 November 2011 jam 13:57
By Ridho Hudayana
Dipagi hari ini saya diingatkan kembali asal muasal dari kata qurban/qorban, di khutbah I'dil Adha di Masjid dekat rumah. Khotib berceramah tentang tapak tilas qurban itu disyari'atkan. Dengan mengambil penertian qurban yang notanbene nya bahasa arab yang di adopsi ke bahasaindonesia yang kita kenal dengan korban.
Dalam asal bahasa kata qurban adalah qoraba, yuqoribu. Yang berarti dekat/mendekatkan dalam trminologi Islam maka qurban itu berarti mendekatkan diri pada Allah swt. Dan dalam pengunaan dalam bahasa Indonesia korban bermakna subyek yang berada dalam kondisi pesakitan. Tentunya tidak bermaksud mendekatkan diri pada Allah swt.
Namun jika bahasa korban itu ditarik dari bahasa arab yang sangat dekat dengan terminologi dalam Islam, maka harus sama lah arti dan pengunaan kata korban/qurban itu dalam bahasa Indonesia.
Menarik kita simak penggunaan kata qurban yang seharusnya dalam bahasa Indonesia menurut seorang syekh Tarbiyah Alm. KH. Rahmad Abdullah. Dalam ceramahnya beliau pernah berkata "kalau ada laki-laki dan perempuan malam-malam mabok naik mobil terus kecelakaan dan meninggal, maka mereka bukan korban, tapi Mangsa syaitan!"
Karena menurut Alm. KH. Rahmad Abdullah, korban itu bermakna mendekatkan diri pada Allah, kalau mabok trus mati maka tidak ada nlai qorban didalamya melainkan lebih pantas dikatakan sebagai mangsa syetan.
Karenanya ketika hari ini juga diperingati hari raya qurban, maka hari ini memiliki makna kita harus lebih dan lebih dekat dengan pencipta kita, Allah swt. Sehingga apapun yang kita korbankan pada hari ini, besok dan seterusnya adalah korban yangg selalu diniatan hanya pada Allah swt. Saja.