oleh Ridho Hudayana pada 21 Oktober 2011 jam 16:51 By. Ridho Hudayana Quote “Kehidupan adalah hasil investas...
By. Ridho Hudayana
Quote
“Kehidupan adalah hasil investasi pada jiwa (soul), pikiran (Brain memory), dan gerakan yang beradab serta terampil (Myelin)” Rhenald Kasali
“sastra berbentuk theater selalu mengajarkan kita untuk berani merajut mimpi menjadi nyata dan melatih skill mengajar dan diajar” Ridho Hudayana
Preface
Dunia ini panggung sandiwara
ceritanya mudah berubah
Kisah Mahabrata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
yang harus kita mainkan
Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara?
Peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak
Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan
Mengapa kita bersandiwara?
tentunya anda sudah tak asing lagi dengan lagu ini bukan? sebuah lagu yang dinyanyikan oleh ahmad albar dan nike ardila medio 1990 an.
Lagu ini bertemakan tentang kehidupan ini tidak berbeda dengan panggung sandiwara yang dimainkan oleh pemainnya dan alur ceritanya selalu ditampilkan. Dimana hidup ini juga sandiwara yang aktornya tidak lain dan tidak bukan adalah kita sendiri.
Jikalah benar hidup ini panggung sandiwara, maka kitalah yang memegang peran dan kita harus sadar peran kita yang alur ceritanya ada pada keyakinan yang masing-masing kita yakini bersama.
Seperti Islam sebagai skrip kehidupan aktor dalam hidup ini. Mengatur keseharian kita namun tidak menentukan kontekstual yang harus kita jalani.
Jika memang hidup ini adalah sebuah teater, maka tidaklah berlebihan kalau mengajar di kelas adalah sebuah kelas teater juga, untuk menentukan keberhasilan pembelajaran di kelas.
Dimana pemeran kuci dari kelas adalah guru yang tidak sekedar menulis skrip dan menata alur. Tapi guru jugalah yang menjadi tokoh kunci dalam setiap hari pementasannya.
Siapa yang hari ini menjadi tokoh utama dalam kelas hari ini, namun tidak beraarti tidak melibatkan semua yang ada dikelas itu. Sehinga semua murid yang ada didalam kelas itu selalu dilibatkan dalam semua peran mereka yang unik.
Hidup Adalah?
“Jika Anda ingin berhasil, pikirkan
teater!” Charles Handy
Tentu pada dasarnya semua orang hidup menginginkan keberhasilan dalam setiap yang ia hadapi dalam hidupnya. Hanya saja tak semua yang kita hadapi selalu menemui keberhasilan yang kita inginkan.
Mungkin setiap orang memiliki perumpamaan-perumamaan hidup, yang menyesuaikan dengan realitas hidup merek masing-masing.ada yang bilang hidup ini adalah perjuangan karena ia senang berjuang. hidup adalah pilihan, mungkin dalam hidupnya ia selalu menemui banyak hal yang harus ia pilih.
Dan mungkin ada yang menganggap hidup adalah neraka, mungkin hidupnya selalu dipenuhi dengan kesengsaraan hidup. Dan perumpamaan-perumpamaan hidup lain sebagainya.
Namun ketika kita ingin berhasil dalam hidup, seperti yang dikatakan Charles Handy, “Jika anda ingin berhasil, pikirkan teater” apa maksudnya?
Ya, maksudnya adalah seperti yang kita ketahui hidup ini perlu kita rancang sendiri dengan keinginan-keinginan kita, layaknya kita membuat skenario dan skrip di teater, maka itu juga kita lakukan didalam kehidpan nyata kita.
Itulah cara kita menuju keberhasilan kita, dimana ketika scenario dan skrip layaknya pementasan teater, telah kita buat , maka kita akan siap menjalaninya. Atau kita siap action seperti actor atau aktris teater yang memainkan perannya.
Maka jika seperti itu, hidup adalah apa yang anda pikirkan dan anda tentukan scenario , skrip, dan peran yang anda buat, dan pada akhirnya hanya Allah sajalah yang akan memperlancar semua hal yang telah anda buat itu.
Jadilah Aktor Plus..Plus
“Class is a theater! You are the Actor” (Buku Keajaiban Belajar)
Oke, langsung saja kita memasuki dunia pendidikan, atau dunia belajar mengajar, yang tidak jarang secara umum menjadi momok bangsa kita. Dimana yang terjadi, belajar adalah menjadi beban bagi murid, karena harus mengerjakan setumpuk soal-soal baik disekolah atau di kelas. Supaya “lulus Ujian Akhir Nasional”.
Dan tentunya menjadi ancamana bagi gurunya, ketika anak didiknya tidak mengerjakan soal-soal middle dan final test, apalagi kalau tidak lulus Ujian Akhir Nasional (UAN). Sehingga guru rajin memberikan “beban” PR bagi siswanya.
Belumlah siswa yang diajarnya tidak menyenangi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut, bahkan tidak jarang mereka juga tidak menyenangi gurunya sekaligus!
Kecenderungan siswa seperti itu Membuat guru semakin tidak nyaman dalam mengajar atau semakin tidak peduli, mau siswa itu senang atau tidak, paham atau tidak dengan apa yang diajarkannya itu, dia sudah tidak pedulikan itu, yang penting ia sudah masuk kelas dan menyampaikan pelajaran itu.
Didalam buku Keajaiban Belajar, dituliskan bahwasanya kelas it adalah teater dan semua yang ada dikelas itu adalah actor dan aktrisnya yang masing-masing memiliki peran yang berbeda-beda dan dengan karakter yang berbeda-beda pula.
Jelas jika sekilasmengajar dengan banyak karakter dikelas itu sungguh sulit, karena semua ingin diperlakukan berbeda dan special. Atau diantara mereka juga memiliki perbedaan tingkat intelektual yang berbeda-beda dalam menangkap pelajaran yang disampaikan leh guru disekolah.
Namun semua itu menjadi mudah ketika, guru menyadari kalau kelas itu layaknya seperti panggung teater, dimana sebelum actor ber-action dimana aktor yang sekaligus sutradara disini adalah guru.
Maka guru sebelum kelas dimulai sudah mempersiapkan scenario dan skrip beserta pengaturan peran sesuai dengan scenario dan skrip pembelajaran hari ini yang akan diberikannya ke muridnya.
Dan tentunya setiap hari guru dalam penyampaian materi pelajaran akan berbeda-beda scenario dan skrip atau nakah yang sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan hari itu.
Kelihatan rumit? Ya mungkin rumit, namun akan lebih rumit dan mumet kalau guru tidak melakukan persiapan pembelajaran layaknya seorang sutradara mempersiakan film atau aksi teater yang akan ia film kana tau akan ia pentaskan.
Menjadi Guru yang World Class
“deep practice X 10.000 hours = world class skill” Daniel Coyle
Jika kualitas pilot ditentukan dengan seberapa banyak jam terbangnya, artis atau penyanyi ditentukan dengan berapa banyak jam bernyanyinya dalam 1 hari. Pemain sepak bola ditentukan berapa jam ia bermain sepak bola setiap hari.
Maka tidak berlebihan jika guru akan diukur kehebatannya dari berapa jam ia telah mengajar. Tentunya tidak terlepas mengajar dengan gaya “teater” tadi dalam guru itu mengajar.
Jelaslah pemain-pemain sepak bola di Brazil itu kerap kali mendapatkan piala dunia beberapa kali. Karena pemainnya sangat disiplin latihan 8 jam setiap harinya. Dan disana masyarakatnya pun senang bermain sepak bola minimal 2 jam setiap harinya.
Jika, seorang guru ingin malakukan lompatan menjadi guru berkelas dunia, maka tidaklah berlebihan syarat yang diberikan oleh Daniel Coyle untuk menjadi guru berkelas dunia adalah dengan mengajar 10 ribu jam. Jika telah anda lakukan, maka rasakan peningkatan kualitas diri anda lebih dahsyat!
http://ridhopsi.blogspot.com
