#SBS Knowledge Management (In English Education And Bussiness) “Pasti MATI orang atau lembaga yang tak pernah belajar dan update skill...
(In English Education And Bussiness)
“Pasti MATI orang atau lembaga yang tak pernah belajar dan update skill terbaru hari ini!” (By Ridho Hudayana)
Preface
Cobalah anda membaca buku nya Prof. Rhenald Kasali yang diterbitkan Gramedia tahun 2011 bulan januari, yang berjudul Cracking Zone, bagaimana memetakan perubahan di abad 21 dan keluar dari perangkap comfort zone. Revolusi gaya hidup ketika income per kapita kita menembus US $ 3,000 dan bagaimana menangkap peluang ini. Buku ini mengisaratkan pada pembacanya untuk melakukan trobosan-trobosan baru yang low cost atau zero cost, sehingga perusahaan atau pengusaha mampu menjual barang atau jasanya dengan low price, close to free, bahkan freemium (gratis).
“Dunia yang penuh persaingan punya dua kemungkinan untuk anda, anda bisa kalah atau kalau ingin menang, anda harus berubah” (Lesther C. Thurow)
Karenanya orang-orang yang hari ini melakukan banyak kejutan-kejutan, yang membuat orang “ber-style tua” yang masih bergelut dengan masa lalu, mudah berprasangka buruk pada perubahan pada sarana dan cara kerja baru yang lebih efektif dan cepat, padahal cara itu tidak keluar dari tujuan dan koridornya. Mereka mendadak kebakaran jenggot menghadapi perubahan yang pesat dan radikal itu. Dan secara perlahan demi perlahan mereka ditinggalkan oleh nasib baik dan orang-orang baik yang sedang menatap jauh kedepan masa depan yang mampu dirubah oleh cracker.
“Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan mimpi-mimpi mereka” (Eleanor Roosevelt)
All Cracker Base Problem
Masih dalam buku cracking zone milik prof rhenald, hari ini banyak cracker-cracker yang akan lahir dari semua bidang, baik skala personal maupun lembaga. Dan menurut saya saat ini terjadi perang-perang yang brutal antara cracker dan “orang ber style tua” dan tentunya orang yang berstyle tua yang masih kekeh dengan cara-cara lamanya, pasti akan tertinggal dan terbuang sendirinya. Karenanya perubahan hari ini semakin membuat orang-orang berstyle lama terkejut dan seperti kebakaran jenggot mendengar dan melihat perubahan itu terjadi.
“Orang ber-style lama akan merasakan mati sebelum kematian itu tiba, karena dia terlindas oleh perubahan yang terjadi hari ini dan ia tidak punya modal untuk berubah ” (Ridho Hudayana)
Disaat hari ini banyak orang yang terlalu membisniskan semua hal dengan harga yang tinggi dan tidak terjangkau oleh sebagian besar orang. Dimana negara dan swasta penyedia barang dan jasa yang menjual barang dan jasa nya dengan harga yang tinggi, yang memungkinkan sebagaian besar konsumen menengah ke bawah tidak dapat menjangkaunya. Sebagian orang dan lembaga melakukan aksi-aksi cracking nya terhadap barang-barang dan jasa yang di jual dengan mahal itu. Memunculkan 1 rupiah per detik yang dipelopori oleh XL sebagai provider GSM, yang meng-Cracking pasar telekumunikasi, memecahkan kebekuan dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan murahnya telekomunikasi.
“Kalau suka lagu ini ngga’ papa bajak aja dan bantu gue sebarkan keseluruh negeri” (Pandji Pragiwaksono)
Ini adalah salah satu bait dalam lagi pandji yang mungkin lebih dikenas sebagai presenter acara “kena deh” pada 2006 silam. Pada tahun 2007 kemaren merilis album provokatornya yang sarat dengan tema-tema nasionalis. Album lagunya yang laris dipasaran hanya sekitar 3-4000 keping CD ini ia buat dengan merogoh kantongnya sendiri. Menurut Pandji, lagu yang di cetaknya itu boleh di bajak oleh semua orang yang suka dengan lagunya yang bernada hip-hop ini. Sikap ini sangat lah paradox, dimana semua artis dan insan musik indonesia menggembar-gemborkan anti CD Bajakan. Justru Pandji menyuruh orang untuk membajak lagunya, dengan kualitas yang bagus dan isi yang sarat dengan makna pendidikan. Namun apakah pandji jadi miskin dengan sikapnya? Ternyata tidak, karena dia tidak berniat untuk kaya dari penjualan CD nya. Dengan lagu yang bisa dikatakan jarang dinyanyikan oleh kebanyakan artis dan tim band tanah air, maka beberapa brand produk ternama di Indonesia menjadikannya sebagai brand ambassador bagi produk mereka. Sepeti Nokia, accer, mentari, lifeboy, dan sampoerna foundation.
Seperti yang saya katakan, hari ini akan banyak kita temukan cracker-cracker baru, yang lahir dari kebutuhan inovasi dan perkembangan teknologi. Dana masih banyak hal yang anda dan saya yang anda temui saat ini hampir disemua sektor ada crackernya, selama ada celah kesulitan dan beban disitu ada cracker yang akan mempermudahnya.
Base Best Practice
“Cracking Zone adalah buku Prof. Rhenald yang kesekian yang saya baca yang menggambarkan SBS”(Ridho Hudayana)
Pengalaman yang cukup mendalam walaupun dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun saya bersama teman-teman yang jenius mengelolah Sang Bintang School yang sampai hari ini SBS dengan program 6 Minggu Bisa Bahasa Inggris yang membuat orang pada awalnya menggeleng-geleng sembari berkata ‘ahhh.. tidak mungkin.. “ ada yang lebih sinis lagi berkata “ah hanya sensasional alias jualan obat saja”. Karena mereka adalah orang-orang yang “putus asa” belajar bahasa inggris dari sekolah sampai kuliah mereka tidak bisa. Sebagian mereka juga telah merasakan kursus bahasa inggris yang juga tidak membuat mereka isa bahasa inggris.
Saya pernah diceritakan bang Aji dan beberapa teman yang menyaksikan ketika program 6 minggu bisa pertama kali di launching, banyak orang yang menyerbu kantor kami hanya untuk mengambil brosur dan ada yang bertanya sekedarnya. Tidak ketinggalan pula beberapa spy lembaga kursus bahasa inggris di Pontianak yang sedikit kencang detak jantungnya mendengar ada lembaga bahasa inggris yang mengajarkan bahasa inggris dalam juga turut mengambil brosur dan bertanya pada front officer SBS waktu itu. Karena pada waktu itu lembaga kursus bahasa inggris di pontianak, belum ada yang pernah meluncurkan program 6 minggu bisa. Karena dalam logika saya, tidak ada kursus bahas inggris yang konvensional itu yang secepat 6 minggu meluluskan muridnya. Nggak untung dong? ngapain udah capek-capek nyari murid, kok cepat-cepat dikeluarkan? Itu yang mungkin ada di benak kursus-kursus konvensional, selain mungkin mereka tidak mempunyai metode cepat belajar bahasa inggris yang menyenangkan.
“tidak semua keinginan pelanggan harus kita turuti, tapi edukasi-lah mereka dengan cara terbaik, walaupun mereka awalnya merasa asing, aneh bahkan enggan” (Ridho Hudayana)
Bisa dibandingkan waktu belajar bahasa inggris di 6 Minggu Bisa dengan goal bahasa inggris yang setara dengan beberapa lembaga kursus konvensioanal yang rata-rata memerlukan 7 dan 23 level, yang setiap levelnya membutuhkan waktu 2-3 bulan. Belumlah berbicara garansi yang kita berikan ketika siswa yang belajar tidak mencapai goal 6 minggu adalah mengulang gratis. Sedangkan kursus-kursus konvensional itu, tidak memberikan jaminanpun untuk siswayan tidak bisa, yang ada kalau tidak bisa maka selamanya lah dia berada dilevel itu dan tetap membayar dan terus membayar selama siswa itu tidak bisa. Karenanya SBS hadir untuk mengedukasi pasar yang awalnya merasa aneh dengan program dan metode kampoenk jenius 6 minggu bisa bahasa inggris.
Lihat pula pada paket harga yang diberikan oleh SBS dan perbedaannya dengan kursus konvensional kebanyak. SBS berani memberikan paket gratis dan paket murah sesuai dengan “kantong” konsumen. Pada milad SBS yang ke 5 2010, ada paket gratis dengan mendaftar 5 orang secara kelompok, maka mendapatkan fasilitas gratis 1 orang dengan fasilitas yang sama dengan orang yang membayar. Tidak ketinggalan dengan paket murahnya, di tahun 2011 ini dengan promo daftar ber-8 orang sama dengan 950 ribu rupiah. dengan paket gratis dan promo ini tidak ditrmukan di seumlah lembaga kursus bahasa inggris.
Kalau kita menghitung biaya beajar 6 Minggi Bisa di tahun 2011 ini sebesar 1,8 juta rupiah yang kualitasnya setingkat dengan 7 level atau 23 level di tempat kursus konvensional lainnya, yang rata-rata 300-500 ribu rupiah. maka kita akan mendapatkan fakta 6 Minggu Bisa yang awalnya dianggap mahal menjadi jauh lebih murah jika dibanding kursus konvensional yang lama dan tidak terasa biaya yang dikeluarkan lebih besar dari kursus di 6 Minggu Bisa.
“Tantangan bagi setiap orang adalah bagaimana membuang ide lama yang menghalangi realisasi ide baru, bukan sekedar menggagas ide baru” (Seith Godin)
Rasanya sulit dan saya pikir tidak setara jika kita SBS DIbandingkan dengan pendidikan bahasa inggris di Sekolah-sekolah formal kita, dimana bahasa inggris cukup menjadi momok bagi dunia pendidikan kita yang memberikan pelaaran bahsa inggris yang sebgain besar mereka memberikan pelajaran bahsa inggris tanpa skill bahsa inggris, yang skill berbahasa-lah ruh dari belajar bahasa inggris itu sendiri. Sedangkan SBS dengan program 6 minggu bisa yang dimunculkan sebagai menjawab semua kegelisahan dan kepura-puraan pembelajaran bahasa inggris yang mereka minimal telah belajar bahasa inggris selama 6 tahun, namun jika anda test sebagian besar mereka masih enggan dan merasa tidak punya kompetensi berbahasa inggris, sekalipun mereka lulus UN! Khususnya mata pelajaran bahasa inggris.
Sampai hari ini, sampai tulisan ini saya tuliskan SBS dengan program 6 Minggu Bisa yang hadir di 9 kota di Indonesia. semakin diminati dan diharapkan untuk mewujudkan Indonesia Jenius. Berusaha mengubah wajah kursus bahasa inggris dan merubah wajah pembelajaran bahasa inggris dan pembelajaran secara umum di sekolah-sekolah formal di negara ini menjadi lebih mudah dan efektif sebagai ciri khas pembelajaran ala kampoenk jenius Sang Bintang School