Kampoenk Batik Internasional Toward Kampoenk Jenius By Ridho Hudayana Perjalanan ku berikutnya adalah ke kota pekalongan, lama perjalana...
Kampoenk Batik Internasional Toward Kampoenk Jenius
By Ridho Hudayana
Perjalanan ku berikutnya adalah ke kota pekalongan, lama perjalanan yang kutempuh adalah 8 jam dari Bandung. Perjalanan yang cukup panjang dan cukup melelahkan, karena ku harus 3 kali ganti bis. Dari bandung cirebon dengan bus menghabiskan waktu empat jam, dengan biaya 30 ribu rupiah, transit diterminal cirebon dan melanjutkan perjalanan ke tegal dengan bus selama dua jam, dengan membayar 12 ribu rupiah. Dari depan terminal tegal, aku ganti bus lagi yang langsung ke pekalongan selama dua jam, dengan biaya 15 ribu dan berhenti didepan stasiun tua pekalongan yang berhadapan dengan hotel Syariah.
Sekedar informasi, Hotel syariah ini didirikan dengan dana wakaf produktif departemen agama pekalongan. Meskipun terlihat sederhana, hotel ini dilengkapi dengan kafe yang menjual makanan dan minuman. Juga disertai dengan warung internet (warnet) ada taman kanak-kanak, dan sebagainya. Aku baru kali pertama ini tahu dan melihat langsung sebuah hotel yang didirikan dengan memanfaatkan dana wakaf depertemen agama. Kupiikir ini cukup inovatif dan layak untuk dicopy paste ke semua kota di Indonesia, terutama kota tujuan wisata.
Setelah beberapa menit kemudian ku menunggu seorang teman menjemput di hotel syariah, sembari ku photo-photo gedung hotel itu dari luar. Temen ku pun datang juga dengan mengendarai sepeda motornya menjemput ku. Aku diajak kali pertama ke sebuah warung kaki lima untuk makan sore, sebenarnya sih itu makan ku perdana dihari itu karena dari pagi sampai sore itu, ku belum memasukkan nasi ke perutku, hanya jajanan kecil saja sepanjang perjalanan dari bandung sampai ke pekalongan. Sambil membuka pembicaraan dan memberikan penjelasan beberapa pertanyaan yang cukup antusias dari temanku yang bernama aji, dan saya memanggilnya dengan panggilan pak aji, scara di ajauh lebih tua dari ku dan sudah berkeluarga dengan 1 orang istri dan 3 orang anak. Dan pekerjaannya adalah konsultan limbah di beberapa kota kecil disekitar pekalongan.
Setelah makan dan sholat, ku diajaknya ke tempat ku bermalam, yang sebelumnya ku diajak kerumah orang tuanya. Tempat ku menginap tu teletak di jalan sulawesi di kelurahan kergon, tidak seberapa jauh dari keramaian kota pekalongan.sebenarnya yang terpenting bagiku tempat itu tidak jauh dari akses internet, walaupun malam itu, ku tidak langsung ke warnet.
Sesampainya ku di tempat penginapan itu, sebenarnya ku ingin menyegarkan tubuhku dengan air, tapi belum sempat kulakukan itu. Pak aji yang cukup antusias bertanya-tanya tentang apa saja yang akan ku lakukan di pekalongan dan banyak bertanya tentang pembukaan kelas dan pengalaman enam minggu bisa sebelumnya yang pernah dilaksanakan di malang. Walau dengan tubuh yang cukup lelah dan gerah dari perjalanan seharian dari bandung kepekalongan, tapi ku jawab juga semua pertanyaannya dengan panjang lebar ku menjawab disertai dengan penuh semangatku. Sampai saking semangatnya, tak terasa oleh ku dan pak aji sudah 2 jam lebih beberapa menit kami berbincang-bincang. dan setelah perbincangan 2 jam 30 menit itu, pak aji pun memohon diri untuk pulang kerumahnya, dan aku pun berbaring sejenak melepas lelah, mandi, dan kuakhiri dengan berlayar kepulau kapuk.
Kesokan harinya ku di jemput pak aji untuk sarapan pagi di pasar pagi alun-alun kota pekalongan yang letaknya berada didepan gedung DPRD Kota dan gedung walikota pekalongan. Pasar pagi di alun-alun itu menghadirkan berbagai sandang dan kuliner setiap hari minggu paginya, dan dikunjungi oleh penduduk setempat yang membawa keluarga dan kerabatnya secara sengaja bersantai dan menikmati yangg dihidangkan di pasar pagi itu. Setelah menikmati masakan jawa, ku dengan pak aji beranjak ke gedung aula DPRD Kota Pekalongan yang hanya bersebrangan jalan dengan alun-alunnya. Pak aji menunjukkan alternatif tempat yang strategis dan biasa digunakan untuk training diaula DPRD kota pekalongan itu. Tempat itu memiliki kapasitas sekitar 100-200 0rang dengan tarig msh berkisar 500 ribu sampai dengan 1 juta rupiah. Setelahnya aku dan pak aji kembali ke pengiapan ku di DPD, karena pak aji ada agendanya yang lain menanti. Sehingga dia meninggalkanku di penginapan itu sampai ba’da zuhur.
Setelah ashar, aku sedikit berbasa-basi mencari tahu dimana tempat penjualan batik di pekalongan yang disebut pusat batik internasional. karena rasanya kurang lengkap kalau dari kampoenk batik internasional itu tidak membawa kain batik. Juga ku teringat akan menjadikan kain batik sebagai oleh-oleh kepada sang pahlawan hidupku, dialah ibuku. Pak aji pun dengan sensitivitas basa-basi ku itu mengajakku untuk mengunjungi pusat pemasaran batik di pekalongan itu. Sesampai dipasar itu, wah.. subhanallah.. batik-batik dipasar itu memenuhi penglihatanku dengan berbagai konsep dan dari berbagai produsen batik di pekalongan. Setelah menjajal beberapa toko batik yang ada disana, akhirnya ku menemukan sebuah toko batik kenalannya pak aji. Karena saking banyaknya jenis batik yang ditawarkan disana, aku pun bertanya tentang batik yang paling khas di pekalongan ke penjual nya. Mbak.. batik yang paling khas disini, batik yang mana? Penjualnya balik bertanya, mas mau yang jadi atau bahannya? Bahannya saja mbak, jawabku. Mbak itu memperlihatkanku satu jenis batik yang khas di pekalongan, namanya batik jelamprang, yang kabarnya biasa di pakai oleh bapak dan ibu walikota pekalongan saat acara-acara resmi. Kutanya lagi mbak itu, mbak kalo motif yang nagus buat ibu-ibu yang mana? Dia menunjukkan satu varian dari jenis batik jelamprang itu, kulihat motiv bunga-bunga yang lancip dan dipadu dengan dua warna utamanya yaitu merah darah dan kuning emas yang menambah kemewahannya. Akupun semakin tertarik untuk membelinya, apalagi setelah kutanya harganya, ternyata harga kain batik jelamprang yang panjangnya 2,5 meter itu seharga 135 ribu rupiah. Ya bagi ku pas lah harganya menurutku, apalagi setelah ditimbang-timbang, kalu kain ini juga belum tentu ada jual di pontianak, kalaupun ada pasti harganya jauh lebih mahal. Dengan pertimbangan itu, akuoun membeli batik jelamperang itu untuk kubawa sebagai oleh-oleh buat pahlawan sepanjang hidupku itu.
Setelah dari pasar batik itu, akupun kembali menjalankan misi utamaku untuk survey tempat yang akan digunakan untuk training keajaiban belajar. Aku dan pak aji trus meluncur kebeberapa hotel yang ada di pekalongan. Semua aula pertemuan di hotel yang aku kunjungi, semuanya standar untuk dilaksanakan training, begitu juga dengan harganya, ya sesuailah dengan yang dianggarkan. Tinggal sebulan sebelum training diadakan, buat pilihan tempat dan di booking.
Senjapun menyapa aku dan pak aji, itu pertanda kami harus kembali penginapan ku di DPD Pekalongan. Akupun kembali ditinggal oleh pak aji ditempat itu. Setelah dari perjalanan seharian itu, aku merasa cukup memenuhi target misi utamaku. Akupun merencanakan jadwal check-out ku dari kota pekalongan ke kota cirebon sebelah timur kota pekalongan dengan waktu tempuh 4 jam menggunakan bis.