CIREBON ON The FIRE (in six hours) By Ridho Hudayana Rabu sore itu tanggal 4 agustus 2010, Cirebon cukup menyengat, setelah perjalanan ...
CIREBON ON The FIRE (in six hours)
By Ridho Hudayana
Rabu sore itu tanggal 4 agustus 2010, Cirebon cukup menyengat, setelah perjalanan 4 jam dari kota batik internasional (baca: pekalongan). Ku coba meraba-raba alamat yang di-sms ke hp ku, untuk naik angkutan minibus kea rah IAIN Cirebon. Namun tukang becak langsung menawarkan jasanya untuk mengantarkan ku ke IAIN Cirebon, sebenarnya ku ingin menulak, namun suasana sore yang mulai senja itu merayu ku untuk menggunakan kendaraan yang terkesan santai dan mendayu-dayu itu. Akhirnya kumemutuskan untuk menumpangi becak itu menuju IAIN Cirebon. Ya lumayanlah 10 ribu perak sekalian diniatkan infaq buat pak becak di Cirebon.
Sesampainya di IAIN Cirebon yang bernama panjang IAIN Syekh Nurjati Cirebon itu, yang pada awalnya adalah kampus satu-satunya kampus negeri di Cirebon dan disusul dengan universitas swadaya gunung jati (UNSWAGATI) sebagai kampus negeri di Cirebon. aku bertemu dengan seorang teman yang bernama Ali seorang mahasiswa sekaligus aktivis LDK di IAIN Cirebon itu. Berbicara cukup akrab seperti setahun yang lalu kita berkenalan. Pembicaraan kuawali to the point ke misi ku ke Cirebon, yaitu untuk memastikan tempat pelaksanaan seminar kejaiban belajar sepuluh kota. Tanpa berlama-lama dan berbasa-basi, ku langsung diantar ke semua ruangan yang memungkinkan untuk diadakan seminar. Pertama kudiantar keruangan aula rektorat yang berkapasitas 50 orang yang kerap digunkan seminar, debat, training dan semacamnya. Dengan fasilitas yang standar, dengan AC, LCD, kursi, dan sebagainya. Masalah harga… ya… sesuailah dengan target. Ruangan berikutnya adalah student center yang berkapasitas maksimal 1000 orang dengan fasilitas yang sama dan bisa dipakai oleh semua oraganisasi mahasiswa secara gratis.
Setelah observasi dan sedikit wawacara mengenai tempat seminar sepuluh kota buku keajaiban belajar. aku pun duduk dan bergabung di stand sambut mahasiswa baru miliknya LDK IAIN Cirebon. Dari beberapa menit ku duduk di stand itu ku lihat dan sedikit ku bandingkan dari stand yang lainnya. Stand LDK IAIN ini lebih banyak pengunjungnya dari yang sekedar bertanya hingga mengambil brosur dan form pendaftaran anggota baru. Mereka kelihatan cukup antusias berkunjung di stand itu, terlihat dari antusias mereka yang silih beranti mengambil formulir dan mengajak teman-teman mereka untuk berkunjung dan mencari informasi yang lebih banyak lagi distand itu.
Tidak terasa senjapun telah tiba, ali pun menemani ku ke rumah pak agus disalah satu kawasan yang aku pun lupa nama jalannya. Sesampai di rumah dinas pak agus, ku belum sempat mandi, karena pada saat itu ada insiden jatuhnya pegawai PDAM di dalam dumber air bersih, mayat pegawai itu sempat menyebabkan air PDAM tercemar, sehingga air yang dialirkan ke semua kompleks perumahan yang ada di cirebon, terpaksa dihentikan sampai 5 hari. Tapi alhamdulillah ku masih bisa sholat, dengan menggunakan air bersih yang masih tersisa di bak air bersihnya. Setelah sholat jama’ qosor takdim (maghrib-isya)’ ku langsung dimintai penjelasan tujuan dan target kedatangan ku di cirebon. Seketika itu rasa gerah perjalanan 4 jam dg bis ekonomi dari pekalongan-cirebon pun sudah tak kuhirauka lagi. Ku jelaskan secara rinci terkait dengan tujuanku kedatangan dicirebon, yaitu; mensurvey dan memastikan training keajaiban belajar dapat dilaksanakan di cirebon atau minimal bedah buku keajaiban belajar. Dari penjelasanku, selalu diselingi pertanyaan-pertanyaan dari pak agus yang memuncratkan semangat untuk menjual buku keajaiban belajar, melaksanakan trainingnya dan mendirikan cabang sang bintang school. Akupun terpacu dengan semangat pak agus, sampai rasa lapar pun mampu kutunda. Tak terasa satujam berlalu, pak agus pun mengajakku dan ali untuk dinner ke sebuah warung makan yang pada jam 9 an masih ramai dikunjungi orang. Diwarung itu terdapat kuliner yang khas dari cirebon, namanyapun sdh ku lupa, yang jelas makanan itu terdiri dari nasi, sambal cabe merah khas cirebon, beberapa lauk laut dan menu vegetarianpun tersedia dan yang jelas nasi dan lauknya itu dilapisi oleh daun jati.
Sehabis makan malam, aku, pak agus, dan ali pun melanjutkan kembali pembicaraan kita tentang pendirian cabang, sembari ku memotivasi untuk bersabar, bukannya ku memotivasi mereka untuk segera membuka cabang, karena mereka sudah sangat termotivasi dan sudah punya planing untuk pendirian cabang sang bintang school. Tai lebih supaya mereka bersabar untuk menunggu kebijakn direktur pusat sang bintang school. karena pendirian cabang sang bintang school dicirebon masih harus mengantri dengan calon cabang sang bintang school yang di padang dan di palembang, yang sejar beberapa bulan yang lalu sudah menyetorkan commitment fee nya, sebagai tanda jadi untuk mendirikan cab sang bintang school. Sepanjang diskusi itu, kumerasakan seperti terbakar api semangat pak agus dan ali, yang intens memintaku agar memintakan pertimbangan ke direktur pusat sang bintang school untuk memprioritaskan cabang cirebon disela-sela pendirian cabang di padang dan palembang.ku coba bersikap tenang dan merespon baik semangat yang seolah-olah api yang tengah menjilatku itu.
Keesokan paginya ku bersiap-siap untuk kembali melanjutkan tujuanku ke Jakarta.untuk menantang kejayaan skla nasional.