By. Ridho Hudayana Barang siapa yang mencari ilmu bukan karena AKU, akan dijauhkan dari bau syurga (hadits qudsi) Ridho=”O...
By. Ridho Hudayana
Barang siapa yang mencari ilmu bukan karena AKU, akan dijauhkan dari bau syurga (hadits qudsi)
Ridho=”Orang Pelit!”
Saya teringat ketika saya pertama kali beranjak ke jenjang sekolah menengah atas. Maka saya berkomitmen dengan penuh keteguhan hati untuk tidak mencontek dan mencinta semua pelajaran dan yang mengajarnya.
Tidak mudah memang, karena banyak cobaaan yang menggempur tak henti-hentinya dari teman maupun nilai yang saya peroleh. Pada awalnya semua teman mulai menjauhi dan mengatakan “Ridho pelit!” dari teman yang mulai mengejek, sampai nilai matematika saya pun mengejek saya dirapor dengan nilai 4. Sungguh pukulan telak bagi saya yang tidak pernah mendapatkan nilai segitu di rapor saya dari SD-SMP.
Namun dengan ketabahan dan keyakinan saya yang masih tetap memilih jalan “pelit dan ter-ejek” itu. Saya kemudian semakin tidak pernah peduli dengan perkataan teman dan nilai yang tak bersahabat itu. Saya kemudian berfikir untuk bagaimana caranya untuk tidak pernah membenci guru, dan pelajarannya, serta santun dengan teman yang suka mengatai saya seperti itu. Sembari saya berorganisasi untuk membesarkan jiwa.
Hasilnya menemukan jawaban yang memuaskan. Dari sejak kelas satu sampai kelas tiga, saya tidak melepaskan peringkat 10 besar sampai menjadi peringkat ke-3 untuk nilai UAN dikelas. Allah memberkati usahaku untuk tidak mencontek dan aktif berorganisasi. Demikianlah strategi saya mengefektifkan kinerja otak saya dan menjaga ke-orisinalitasnya dengan senantiasa berfikir. Tidak mudah memang, tapi sangat nikmat!
Paling tidak ketika tidak mencontek itu saya merasa yakin kalu saya memiliki otak yang sangat powerful. Yang selanjutnya saya sangat menyukai dan semakin senang belajar dan merasakan bahwa belajar adalah ibadah untuk dunia dan akhirat.
Mencontek=kemuduran
Saya tidak katakan kalau mencontek itu pangkal dari korupsi, mungkin itu adalah akibat yang niscaya. Namun yang terpentng dan bisa angung dirasakan adalah ketika mencontek, maka kemunduran intelektual keilmuan dan moralpun pasti akan langsung didapatkan oleh para pencotek mania.
Sebenarnya hampir percuma peningkatan standar kelulusan sekolah dan standar sertifikasi guru. Kalau tidak dibarengi sifat jujur dan mengoptimalkan potnsi diri.karena yang terjadi adalah mencontek yang membuat sia-sianya upaya pemerintah yang ditanggapi dengan kecurangan dari kalangan guru hingga muridnya yang mencontek.
Jelas kalau seperti itu mencontek akan menjadi penyebab kemunduran dari kualitas intelektual dan berakibat pada kemunduran dalam hal perkembangan negara ini. Sungguh menyedihkan yang katanya tingkat kelulusan dan sertifikasi guru meningkat, namun nyatanya berbanding terbalik dengan hasilnya. Itu sebab prilaku mencontek yang menggagalkan semua upaya itu!
MAN 2 lebih baik dari St. Petrus???
Ada pertnyaan di medio 2004 yang sampai hari ini saya ingat dari diskusi dengan bang Yun. Pertanyaannya adalah “mengapa siswa di St. Petrus lebih hebat dan lebih baik dari MAN2? Yang notabene nya mereka adalah sekolah kristen?
Apakah memang orang Islam itu lebih bodoh dari nasrani? Atau memang yang hebat Kristen dai Islam” ini adalah pertanyaan yang memancing emosi saya untuk menjawab, secara saya adalah murid MAN 2, maka saya segera menjawab dengan berbagai jawaban bertubi-tubi, namun tidak ada yang benar secara esensi sebagaimana yang dimaksudkan oleh bang Yun.
Setelah saya cukup dengan jawaban yang banyak itu. Akhirnya bang yun menyudahi pertanyaan itu dengan menjawab yang salah adalah tauhidnya anak MAN 2 dalam belajar. Saya sontak terperangah, bukannya anak MAN2 ada belajar aqidah akhlak 2 tahun? Koq bisa salah pula? Kok jadi penyebab kalah saingnya dengan St. Petrus yang tidak pernah belajar aqidah akhlak?
Selanjutnya saya berfikir dan mencoba menjawab dengan aqidah dalam belajar maksudnya adalah orientasi belajar yang telah bergeser dari ingin mendapatkan ilmu dan karena ingin sepenuhnya beribadah kepada Allah, menjadi belajar karena nilai semata, sehingga menimbukan cara yang menghalalkan semua cara untuk mendapatkan nilai.
Mencontek=Sia-sia
Iniah titik balik dari perenungan. Apakah pendidikan di Indonesia ini berhasil atau tidak. Simpel bukan? Ya! Karena apa yang diharapkan dengan siswa yang lulus namun hasil ketidak jujuran alias mencotek. Bukankah kita belajar untuk mendapatkan ilmu yang akan kita terapkan, demi kemaslahatan ummat?
Sia-sia sudah jadinya anggaran pendidikan dan gaji guru yang di naikkan dengan sedemikian rupa, dikarenakan murid untuk lulus UAN mencontek. Dan gurunya juga mencontek untuk sertifikasi. Cukup sudah kesia-siaan uang yang dikeluarkan dengan wajah pendidikan yang seperti itu.
Tidak mencontek memang tidaklah mudah. Hal yang sudah menjadi komitmen saya sejak tahun 2002 dan 2003 pertama kali saya masuk ke MAN2. Dan alhamdulillah sampai saat ini komitmen itu masih dan terus saya tularkan ke semua orang melalui Sang Bintang School, dengan visi Indonesia Jenius 2018.