Cases is The Best Way for Learning by Ridho Hudayana Hermawan Kartajaya , seorang pakar marketing, menuliskan dalam bukunya Grow with Char...
Hermawan Kartajaya, seorang pakar marketing, menuliskan dalam bukunya Grow with Character The Story, yang bercerita bagaimana keungguulannya dalam dunia marketing ia lakukan diawal ia mendirikan Marketing Plus. Ia menuliskan bahwa Harvard Business School meminta mahasiswanya untuk membaca sendiri jurnal dan buku-buku. Jarang ada kuliah tentang itu. Tapi kalau mau sukses disitu, anda harus membaca dan mendiskusikan 500 kasus riil. Hermawan Kartajaya pernah mengikuti kuliah 10 hari di Harvard Business School yang berada di Boston bersama Profesor dari Tiongkok , hongkong, Macau, Taiwan, dan Singapura. Diajari bahwa dosen tidak boleh mengajar dikelas. Tugasnya hanya mengantarkan diskusi, sambil meluruskan arah pembicaraan sesuai dengan frame. Bahkan profesor dianjurkan untuk belajar dari mahasiswanya yang juga praktisi dengan pengalaman kerja rata-rata delapan tahun. Dan ketika Hermawan Kartajaya berada di beijing untuk mengikuti kursus tigahari tentang menulis kasus Harvard, ternyata baginya menulis kasus itu tidak mudah seperti yang ia pikirkan. Karena dalam kasus itu terdapat alasan suatu kesuksesan dan kegagalan terjadi!
Seketika aku membaca pernyataan Hermawan Kartajaya itu, aku langsung berfikir tentang betapa indahnya Al-Qur’an menceritakan kasus demi kasus yang terjadi dalam kehidupan umat terdahulu secara jujur, detail dan hati-hatinya. Seperti yang saya tuliskan diatas, trend dari kisah yang Al-Qur’an ceritakan sangat mungkin akan terjadi kembali saat ini sesuai dengan faktor penyebab kegagalan dan keberhasilan dalam kisah itu.
Ditambah dengan penjelasan Nabi, yang hari ini kita sebut dengan hadits Nabi, yang disampaikan oleh nabi, baik dengan perkataan dan perbuatan maupun isyarat. Disertai dengan diskusi yang cerdas didalamnya, yang terlihat dari setiap diskusi yang nabi lakukan dengan para sahabatnya, untuk mengajarkan Al-Qur’an dengan lebih banyak studi kasus lagi. Lihatlah hadis di bawah ini :
Dari Abu Hurairah ra.,ia berkata: Seorang lelaki datang menemui Nabi saw. dan berkata: Celaka saya, wahai Rasulullah. Beliau bertanya: Apa yang membuat engkau celaka? Lelaki itu menjawab: Saya telah bersetubuh dengan istri saya di siang hari bulan Ramadan. Beliau bertanya: Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan seorang budak? Ia menjawab: Tidak punya. Beliau bertanya: Mampukah engkau berpuasa selama dua bulan berturut-turut? Ia menjawab: Tidak mampu. Beliau bertanya lagi: Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memberi makan enam puluh orang miskin? Ia menjawab: Tidak punya. Kemudian ia duduk menunggu sebentar. Lalu Rasulullah saw. memberikan sekeranjang kurma kepadanya sambil bersabda: Sedekahkanlah ini. Lelaki tadi bertanya: Tentunya aku harus menyedekahkannya kepada orang yang paling miskin di antara kita, sedangkan di daerah ini, tidak ada keluarga yang paling memerlukannya selain dari kami. Maka Rasulullah saw. pun tertawa sampai kelihatan salah satu bagian giginya. Kemudian beliau bersabda: Pulanglah dan berikan makan keluargamu. (Shahih Muslim No.1870)
Ini adalah salah satu pengajaran Rasulullah dalam memberi pelajaran keada sahabat-sahabanya dan pada umatnya kini. Dengan cerdasnya dialog dan solusi yang Rasulullah berikan pada orang yang bertanya kepada Beliau. Dengan sepeti inilah pendidikan Rasulullah lakukan, yang melahirkan sahabat-sahabat yang menjadi pemakmur bumi ber-abad-abad lamanya.
Aku berfikir betapa cerdasnya orang yang menguasai Al-Qur’an dengan ribuan hadis Rasulullah yang berisi kasus-kasus yang sarat dengan pendidikan terbaik dimasa itu dan sampai dimasa saat ini.
Masih nyambung dengan cerita Hermawan Kartajaya yang menceritakan syarat lulus dari Harvard School dengan 500 riil kasus, dan melahirkan pengusaha-pengusaha baru. Betapa rasulullah mewariskan Al-Qur’an yang Allah turunkan dengan kasus-kasus yang membuat Tony Blair mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia saat ini. Bagaimana ya kalau orang hari ini berhasil mendiskusikan minimal 1000 hadis Nabi yang kontekskan dengan permasalahan ke-kinian dalam semua bidang? Sangat mungkin kita kan menjadi umat yang terbaik! Karena menurutku, Sebenarnya dengan pengajaran seperti inilah yang harusnya dilakukan di setiap sekolah umat Islam yang mengharapkan kemajuan dan kejayaannya kembali.
Logisku begini, ketika pembelajaran dengan membahas, menulis dan mendiskusikan kasus, dosen/guru sebagai pengantar dan yang meluruskan pembahasan, dan diskusi kasus. Sebenarnya pembelajaran ini telah menekankan siswa/mahasiswa belajar dengan pikirannya secara optimal. Guru/dosen pun harusnya tidak sungkan dan enggan untuk belajar dari siswa/mahasiswanya yang memiliki pengalaman lebih dalam kasus yang di bahas. Karena guru yang baik adalah murid yang baik juga, dan sebaliknya.
Closing Cases
Ada satu kalimat dalam bahasa inggris yang tertulis di buku catatan ku waktu di Sekolah Dasar dulu, “experience is the best teacher” namun sebenarnya tidak semua pengalaman adalah baik untuk dijadikan guru. Bukankah lebih baik kita revisi ungkapan itu dengan experience of great people is the best teacher.
Atau ada yang mengatakan ketika kita gagal, maka orang akan berkata pada kita, belajarlah dari penglamanmu. Tapi sebenarnya kia harus belajar dari teori dibuku dan kisah sukses dan gagal orang hebat terlebih dahulu sebelum kita benar-benar gagal. Karenanya kemungkinan gagal itu semakin kecil!
