TEATER LANGIT IN GENOME XXVI Tak ada kata yang terucap dalam pementasan kali ini selain kata “subhanallah walhamdulillah walailahaillallah...
TEATER LANGIT IN GENOME XXVI
Tak ada kata yang terucap dalam pementasan kali ini selain kata “subhanallah walhamdulillah walailahaillallah wallahuakbar. Itu lah mungkin kesan yang saya dapatkan dalam pementasan teater langit hari ini dalam acara Grand Opening Mentoring (GENOME) yang di adakan di Universitas Brawijaya Malang dengan peserta atau penonton sekitar 2500 orang. Dan ini bagi teater kami, teater langit adalah yang pertama tampil dihadapan 2500 penonton secara langsung. Walaupun kami pernah juga tampil disalah satu televisi lokal di Malang. Dan respon yang diberikann selama kami mentas, hmm luarr biasa, penuh pengahayatan, dari tawa, hingga tangisan trersedu-sedu dari penonton.
Dalam pementasan kali ini, saya mendapatkan peran yang baik maksudnya jadi orang yang baik. Dalam hati kecil saya mengatakan, hmmm… akhirnya.. saya dapat peran yang baik juga dan cukup elegan. Saya memainkan peran sebagai Surip anak SKI (Studi kerohanian islam) bukan surip yang dulunya di pementasan sebelumnya menjadi presiden gaplek. Yang dalam perannya menjadi teman yang baik yang mengajak peran utamanya yaitu Bambang untuk hadir dalam acara kajian n mentoring. Karena sebelumnya hampir saya langganan mendapat peran menjadi orang yang lugu, dungu, n payah lah. Ya Alahamdulillah akhirnya….
Dalam pementasan teater langit diacara GENOME ini, kami mengusung tema mentoring mengubah hidupku , itulah tema yang diberikan pada kami sebulan sebelum acara GENOME ini, namun dalam pementasan ini kami lebih menampilkan sebuah sketsa kehidupan yang mungkin terjadi dalam kehidupan mahasiswa baru di kampus, dan mungkin terjadi saat ini. Seperti yang kami tanpilkan dimana kehidupan seorang pemuda yang dari desa yang dipeseni ibunya untuk berhati-hati dalam memilih lingkungan sebalum dia berangkat ke kota untuk kuliah. Namun yang terjadi di kota dan disaat dia kuliah, dia menemui berbagai teman dan lingkungan yang membuat dia meninggalkan pesan ibunya untuk menjaga sholat, ngaji, n memilih lingkungan yang baik. Namun malah ia terjebak dalam dunia hedon n dugem, dan akhirnya di bermimpi setelah ia ikut dan terjebak dalam kehidupan hedon dugem yang membuat dia terlupa dengan pesan ibunya tadi. Dan ia bermimpi, ia semakin larut dalam kehidupan yang seperti itu, dan dia mendapatkan telepon dari bapaknya yang meinformasikan kematian ibunya. Dan ia menangis penuh penyesalan, n dia diajak sama teman SKI (studi kerohanian islam) nya ikut kajian ke-Islamandan ia ikut namun ia kembali ketemu dengan teman dan lingkungannya yang hedon dan dugem sehingga kembali larut hingga akhirnya datanglah surat DO (drop out)nya, ia kembali menyesal dengan apa yang ia lakukan dengan bener-bener menyesal. Dan ia tersadar dari mimpinya ketika di telpon ibunya, dan ia baru sadar bahwa tadi itu Cuma mimpi. Dan ia dijemput sama teman SKI nya untuk ikut acara mentoring ke-Islaman. Ditengah acara mentoring itu ia ditelpon oleh bapaknya dengan membawa berita duka, bahwa ibunya mengalami kecelakaan dan akhirnya meninggal dunia. Dan ini bukan dalam mimpinya lagi tapi dalam dunia nyatanya. Dan pementasan ini diakhiri tdengan pembacaan puisi penggugah jiwa mahasiswa baru, bahwasanya tidak selamanya orang tua kita bisa hidup dan kapan kita bisa membahagiakannya.
Entah keberapa kalinya kami tampil dan hadir dalam rangka menginspirasi, namun kali ini adalah penampilan kami yang begitu mengesankan. ketika saya bertanya pada salah seorang penonton berpa nilai pementasan kami ini, penonton itu bilang “90”. Bahkan ada yang mengatakan sangat bagus. Hmm… saya hanya senyum-senyum saja. Merasa tersanjung sembari bertanya-tanya apa kekurangan dari pementsan kali ini, namun cukup terjawab dengan saran dari seorang teman yang turut menyaksikan. Katanya, kekurangan kami adalah masalah pencahayaan ketika sketsa-demi sketsa dimainkan. Teman tadi kemudian melanjutkan kesannya, “ dari segi pemain, cerita dan peran yang dimainkansudah sangat bagus”.dan saya kembali berfikir dari hasil pementasan yang kami pentaskan dengan hanya 3 kali latihan. Dan selama ini kami anggap biasa dengan latihan yang sangat singkat alias SKS (system kebut semalam). Semoga kami lebih mampu menjadi teater yang belajar dan terus menginspirasi lebih banyak orang lagi. Semoga suatu saat nanti seni menjadi sebuah keniscayaan orang untuk mendapatkan inspirasi dan membangun bangsa dan Negara ini.